Pelajaran Berharga dari sebuah Perlombaan

Figo
5


Halo gess, pada postingan kali ini saya akan membuat postingan yang menceritakan salah satu pengalaman pribadi saya sendiri. Pengalaman ini saya dapat ketika saya mengikuti lomba untuk ekskul PMR sewaktu SMP. Tetapi dari pengalaman ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga bahkan masih menjadi pegangan saya sampai sekarang ini. Maka dari itu, saya ingin berbagi cerita ini mungkin sebagai perjalanan awal dari blog ini.


Untuk yang belum tau jadi PMR itu adalah singkatan dari Palang Merah Remaja. Menurut sumber yang dikutip dari Kompas.com, PMR adalah Organisasi yang menjadi wadah pembinaan untuk membangun dan mengembangkan karakter anggota remaja agar siap menjadi relawan PMI. PMR ini biasanya bergerak di sekolah-sekolah.


Singkat cerita mengapa saya tertarik untuk ikut PMR adakah karena saya ingin berdiri dibelakang setiap upacara hari senin wkwkwkwkw. Walaupun tidak seindah yang dibayangkan karena setiap upacara pasti ada yang sakit dan kita sebagai anggota PMR pasti harus bolak balik mengantar mereka yang sakit ke UKS juga memberi mereka perawatan. Namun menurut saya, ini jauh lebih baik daripada berdiri selama satu setengah jam tanpa bergerak.


Nahh masuk ke cerita perlombaan, pada saat itu saya bisa dibilang masih menjadi anggota baru bersama tiga anggota lainnya. Saya bersama tiga anggota lainnya baru masuk PMR sekitar 2 bulanan. Pada saat itu, semua anggota PMR mendapatkan informasi dari pembina bahwa akan ada perlombaan di salah satu SMP di Jakarta. Pembina menawarkan kami apakah kami bersedia mengikuti perlombaan itu dan mayoritas anggota semua bersedia untuk mengikuti lomba tersebut. Setelah itu, pembina menyampaikan ke sekolah  dan sekolah pun menyetujui untuk mengirim PMR sekolah kami untuk mengikuti lomba.

 

Setelah diputuskan kami fixx ikut lomba, maka selanjutnya menentukan siapa saja yang akan mengikuti lomba. Lomba yang dipentaskan pada saat itu seingat saya ada lomba Mading (Majalah Dinding), lomba Cerdas Cermat, lomba Penanganan Pertama, dan lomba Membuat Tandu. Pada saat itu, semua posisi hampir terpenuhi semua kecuali untuk perlonbaan membuat tandu. Anak - anak PMR di sekolah saya semua punya pikiran yang sama bahwa membuat tandu adalah yang tersulit dibanding yang lain maka dari itu banyak yang menghindar untuk mengikuti lomba membuat tandu. Target sekolah kita waktu itu mengirim 3 pasangan untuk mengikuti lomba membuat tandu. Tetapi pada saat itu baru 1 pasangan yang sudah terbentuk dan kurang 2 pasangan lagi. Karena waktu sudah mepet dengan persiapan akhirnya saya ditawarkan oleh pembina untuk mengisi kekosongan di lomba membuat tandu. Pada saat itu saya agak bimbang karena saya masih tergolong masih baru dan belum pernah punya pengalaman membuat tandu. Tapi pada saat itu, pembina meyakinkan saya bahwa tak masalah yang penting ikut dulu nanti diajarin sama yang lain. Akhirnya, saya memutuskan untuk ikut berpasangan bersama teman saya yang statusnya masih sama-sama baru.

 

Waktu persiapan untuk lomba yaitu sekitar 1 bulan. Setiap pertemuan ekskul saya dan teman saya diajarkan membuat tandu oleh teman saya yang lebih senior. Mulai dari pemilihan tali, mengikat tali pada bambu, sampai membuat ikatan yang kencang agar tandu kokoh. Pertemuan yang biasanya 1 minggu sekali karena perlombaan menjadi 2 kali seminggu. Kami berlatih dari tahap pembuatan sampai bagaimana menyelesaikannya dalam waktu yang cepat. Jadi, dalam perlombaan membuat tandu yang dinilai yaitu aspek kekokohan dan kecepatan. Maka dari itu, kami juga harus bisa membuat tandu dengan cepat bahkan teman kami yaitu pasangan lain dapat membuat tandu dalam waktu hanya dalam waktu 1 menit lebih sedikit. Di minggu terakhir persiapan, kami pun memfokuskan pada kecepatan agar kami bisa membuat tandu lebih cepat. 

 

Tibalah hari dimana perlombaan dimulai, kami datang ke sekolah penyelenggara lomba pagi hari untuk ikut seremoni nya terlebih dahulu. Perlombaan tandu dimulai ketika siang dengan beberapa gelombang karena cukup banyak peserta dari sekolah lain yang ikut pada saat itu. Satu gelombang terdiri dari beberapa tim yang tampil. Akhirnya, tim kami pun dipanggil untuk tampil. Sebelum tampil jujur saja saya sangat grogi karena merasa masih kurang persiapan terlebih lagi ditonton peserta lain. Begitu perlombaan dimulai, saya dan teman saya langsung fokus mengikat tali pada bagian masing-masing. Namun, pada saat itu saya bergerak dengan sangat cepat sekali sampai tahap dimana kami harus bertukar bagian tetapi teman saya belum selesai. Akhirnya dengan segala tahapan yang kami selesaikan sampai akhirnya kami dapat menyelesaikan tandu dengan baik dan kami merasa puas dengan karena kami termasuk yang tercepat di gelombang itu. Setelah tahap pembuatan tandu, lalu masuk ke tahap pengujian kekuatan dari tandu tersebut. Disinilah masalah muncul ketika dilakukan tes keseimbangan. Tandu yang kokoh ketika masing-masing pemegang tandu melepas salah satu tangan, tandu tersebut tidak akan menyilang tetapi tandu yang kami buat ternyata menyilang. Namun, yang lebih parahnya lagi adalah di tengah tengah pengujian sudah tandu kami menyilang ditambah ikatan talinya copot sehingga salah satu bambu sampai terjatuh. Ketika diperhatikan, ternyata bagian ikatan yang copot dan bambu yang jatuh itu adalah bagian yang saya kerjakan ketika lomba baru dimulai. Saya baru ingat ternyata saya terlalu fokus dengan kecepatan tetapi lupa untuk mengengcangkan ikatan talinya. Disitu saya langsung merasa bersalah dan tidak enak atas kejadian memalukan tersebut.

 

Karena hal itu, setelah perlombaan saya langsung meminta maaf kepada semua teman-teman saya, juga partner saya karena kejadian tersebut sangat memalukan. Lalu, saya menyempatkan untuk meminta maaf secara langsung ke pembina. Pembina pada saat itu langsung bilang kepada saya tidak perlu meminta maaf dan kesalahan itu wajar apalagi ini lomba pertama saya. Ada satu pesan penting dari pembina yang sampai saat ini masih saya ingat, "Masalah menang, kalah, jago, gak jago, itu urusan belakangan. Yang paling penting itu adalah punya mental untuk berani bersaing. Percuma kalo jago tapi gak berani bersaing jagonya cuma kata diri sendiri nya doang. Kalo berani bersaing apapun hasilnya pasti ada pelajaran yang bisa didapat". Pesan inilah yang masih membekas di ingatan saya sampai saat ini dan semakin bertambahnya dewasa pesan ini semakin relate dan semakin saya memahami maknanya. 


Mungkin itu saja sedikit dari pengalaman pribadi saya (walopun sebenarnya banyak wkwkw). Terima kasih bagi yang sudah mau membaca. Semoga ada pelajaran yang bisa didapat dari pengalaman pribadi saya diatas.

Posting Komentar

5Komentar
Posting Komentar